07 Desember 2017

Luka Kemanusiaan untuk Rohingya

Koalisi Masyarakat Puisi Palembang kembali akan menggebrak publik sastra Palembang dengan meluncurkan antologi puisi “Luka Kemanusiaan untuk Rohingya” yang diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Indonesia. Peluncuran buku disertai pembacaan puisi itu, akan diselenggarakan pada Minggu (10/12) ini di gedung DPRD Sumatera Selatan, lantai 3.
Selain pembacaan puisi oleh beberapa penyair terkemuka Indonesia seperti Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Syarifuddin  Arifin (Sumatera Barat), Shafwan Hadi Umry (Sumatera Utara), Lily Siti Multatuliana (Jakarta),  Anto Narasoma (Palembang), dan lain-lain acara peluncuran akan diwarnai dengan pertunjukan teaterikal puisi dari SMAN Sumatera Selatan serta “Refleksi Kemanuisaan Hari Ini” oleh H.M. Giri Ramanda N Kiemas, Ketua DPRD Sumatera Selatan.
Menurut Anwar Putra Bayu selaku koordinator Koalisi Masyarakat Puisi Palembang yang juga bertindak sebagai editor buku bahwa gagasan penerbitan antologi puisi ini muncul setelah usai acara Silahturahmi Puisi pada 2 Sepetember 2017 di Palembang. Dari pertemuan itulah ada keinginan untuk menerbitkan antologi puisi sebagai wujud solidaritas terhadap tragedi kemanusiaan yang dialami oleh masyarakat muslim Rohingya di Myanmar. Kekerasan yang berujung pada genosida (pembantain) itu pada etnis Rohingya oleh milter Myanmar mengundang keprihatinan semua orang.
“Sebagaimana kita ketahui melalui media televisi, media cetak, dan media sosial, bahwa kekerasan yang dialami oleh muslim Rohingya telah melahiran banyak dukungan serta protes keras dari berbagai negara atas tindakan keji tersebut. Ekspresi dukungan dan protes itu diungkapkan dengan berbagai cara, antara lain adanya unjuk rasa besar-besaran, penggalangan dana dan bantuan-bantuan.” Ungkap Anwar kemarin di ruang Humas DPRD Susmel.
Penerbitan antologi puisi ini, kata Anwar Putra Bayu,  tidak lain juga bagian dari ungkapan sebagai bentuk kepedulian serta sikap prihatin terhadap  muslim etnis Rohingya atas pembantaian yang dilakukan oleh militer itu, meski melalui puisi, namun setidaknya ungkapan ekspresi para penulis dalam antologi itu menyatakan serta mewakili perasaan dan pikiran terhadap peristiwa itu.
“Di sisi lain, mungkin kita berharap antologi ini bisa menjadi media untuk menyuarakan sikap keprihatinan serta sikap protes kita terhadap tragedi kemanusiaan di Myanmar melalui puisi. Itu sebabnya peluncuran buku kita akan mengambil moment peringatan hari HAM Internasional,” jelas Anwar kemudian.

Dia menambahkan, penerbitan buku puisi itu menghimpun 37 penulis dari berbagai kalangan dan daerah, bahkan luar negeri seperti Malaysia dan Thailand, dengan kata lain bahwa para penulis yang telah menyumbangkan puisinya tidak hanya khusus dari kalangan penyair saja seperti Eddy Pranata PNP (Cilacap), Rini Intama (Tanggerang), Marlin Dinamikanto (Jakarta), Jasni Matlani (Sabah), Phaosan (Pattani), Hafney Maulana (Riau), dan lain-lain. Namun, ada juga dari kalangan pendidik, ibu rumah tangga, pengusaha, mahasiswa,  dan pelajar. 

Tidak ada komentar: