26 Mei 2010

15 penulis Indonesia diundang tampil dalam Ubud Writers & Readers Festival 2010



Sebanyak 15 penulis Indonesia diundang untuk mengikuti Ubud Writers and Readers Festival 2010, perhelatan sastra tingkat dunia yang akan berlangsung Oktober mendatang di Ubud, Bali.
Kelima belas sastrawan tersebut adalah Kurnia Effendi (Jakarta), Medy Lukito (Jakarta), Nusya Kuswatin (Yogyakarta), Arif Riski (Padang), Zelfeni Wimra (Padang), Wa Ode Wulan Ratna (Jakarta), Andha S (Padang), Imam Muhtarom (Blitar), Wendoko (Semarang), Yudhi Heribowo (Solo), W. Hariyanto (Surabaya), Benny Arnas (Sumatera Selatan), Magriza Novita Syahti (Padang), Harry B Koriun (Riau), serta Hermawan Aksan (Bandung).
Para sastrawan ini dipilih oleh Dewan Kurator UWRF 2010 dalam sidangnya pada awal Mei di Ubud, Bali. Dewan Kurator terdiri dari penulis terkemuka Triyanto Triwikromo, penyair kondang Bali Cok Sawitri serta penulis muda Makassar M Aan Mansyur.
Ada banyak alasan untuk memilih para penulis-penulis ini. Secara keseluruhan, mereka mencerminkan keberagaman daerah serta kantong-kantong kesusasteraan di Indonesia. Selain itu, juga mencerminkan keragaman genre, aliran, tema, dan kecenderungan kesusasteraan Indonesia, mempresentasikan penghormatan UWRF 2010 pada upaya pemberdayaan perempuan, dan memajukan penulis-penulis muda berkualtas” ujar Triyanto Triwikromo.
Meskipun Dewan Kurator mempertimbangkan faktor-faktor tersebut di atas, namun Triyanto Triwikromo menegaskan bahwa kualitas karya lah yang menjadi faktor penentu terpilihnya para penulis tersebut.
kurator tetap melihat kualitas teks sebagai tolok ukur tidak terbantahkan. Pilihan-pilihan bertolak dari prinsip-prinsip di luar kualitas teks tidak menjadi pertaruhan utama,” tegasnya.
Sementara M Aan Mansyur menilai bahwa yang menarik dari karya-karya para penulis terpilih adalah keberagaman tema yang diusung.
“Keberanian mereka, utamanya penulis-penulis muda usia, untuk mengangkat unsur-unsur lokalitas, utamanya dalam konteks sejarah-budaya, ke dalam karya mereka adalah hal yang patut diapresiasi. Keberanian mereka mengolah bahan-bahan dari akar budaya mereka—beberapa di antara mereka bahkan dengan lihai melompat ke budaya yang jauh dari akar mereka. Eksplorasi tema seperti ini menjadi penting dalam khazanah sastra Indonesia, apalagi jika ingin melihat sastra Indonesia di antara ragam sastra dunia,” ujarnya.
Proses seleksi tahun ini, menurut Community Development UWRF Kadek Purnami, jauh lebih berat dibandingkan proses seleksi tahun lalu.
“Karena tahun ini kita menerima kiriman karya dari 105 penulis dari seluruh Indonesia. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat kiriman karya yang kita terima saat proses seleksi pada 2009,” ujarnya.
Karya-karya tersebut disaring terlebih dahulu melalui proses pre-kurasi yang dilakukan oleh koordinator program Indonesia UWRF 2010. Karya dari 40 penulis berhasil lolos melewati tahap ini. Karya-karya yang lolos saringan inilah yang kemudian diseleksi oleh Dewan Kurator.
Para penulis terpilih ini akan dibiayai untuk datang ke Bali dan tampil dalam festival. Selain itu, karya-karya mereka akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris untuk kemudian diterbitkan dalam antologi festival 2010.
Selama ini, UWRF telah menerbitkan dua antologi karya-karya para penulis Indonesia, yaitu “Reasons for Harmony” pada 2008 dan antologi bilingual “Suka-Duka: Compassion and Solidarity” pada 2009. Seluruh proses seleksi, partisipasi serta penerbitan antologi para penulis Indonesia merupakan kerja bersama UWRF dengan HiVos, sebuah organisasi global yang memperjuangkan terbentuknya masyarakat sipil-demokratis di berbagai belahan dunia.
UWRF pertama kali diselenggarakan pada 2004 sebagai respon kultural untuk mendorong pemulihan Bali sesudah terjadinya Bom Bali pada 2002. Festival tahunan ini kemudian berkembang menjadi salah satu festival sastra terbesar di Asia. Beberapa tahun belakangan ini, UWRF berupaya keras menjadi wahana bagi para penulis muda Indonesia untuk memperkenalkan karya-karyanya di panggung internasional.
UWRF 2010 akan berlangsung 6-10 Oktober mendatang dan mengusung tema besar “Bhinneka Tunggal Ika: Harmony in Diversity”. Selama berlangsungnya festival, para penulis Indonesia akan berkesempatan untuk berdialog dengan sejumlah penulis terkemuka asing seperti Louis de Bernieres, novelis Inggris yang karyanya “Captain Corelli’s Mandolin” memenangkan anugrah buku terbaik Commonwealth Writers Prize, diterjemahkan ke 11 bahasa dan telah difilmkan pada 2001 dengan bintang utama Nicholas Cage.
UWRF 2009 menghadirkan 127 penulis dari 25 negara, termasuk Wole Soyinka, penulis Nigeria pemenang Nobel Kesusastraan. Selama festival dilangsungkan 187 kegiatan, termasuk panel diskusi, , workshop, peluncuran buku dan pementasan, di lebih dari 50 tempat di Ubud. Selain itu juga diselenggarakan event satelit di berbagai kota di Jawa, Sumatera dan Sulawesi.
UWRF 2010 diselenggarakan bekerja sama dengan Citibank melalui program “Buy One, Get One.” Para pemegang kartu kredit Citibank yang membeli satu tiket masuk festival dengan menggunakan kartu kredit akan langsung memperoleh tambahan satu tiket gratis
info lebih lanjut;
Kadek Purnami: 08123871871, kadek.purnami@ubudwritersfestival.com

1 komentar:

udin mengatakan...

Jaya terus penulis Indonesia, salam buat pak Anwar...

Dari Udin,
http://www.idebesar.com