07 Desember 2009

Prof. Muhammad Haji Salleh Ceramah di Universitas Bina Darma


Muhammad Haji Salleh
Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Sumsel bersama Program Studi Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Bina Darma akan menghadirkan Prof. Muhammad Haji Salleh, Phd dari Universiti Sains Malaysia untuk berceramah sastra Kamis, (10/12) mendatang di Aula Kampus Utama, Universitas Bina Darma. Dia akan tampil sebagai pembicara/penceramah tunggal.
Di Malaysia dalam bidang sastra, Muhammad Haji Salleh merupakan sastrawan terpenting karena dia banyak melakukan perubahan-perubahan terhadap tradisi sastra di negerinya. Dia lebih dari tiga puluh tahun berkecimpung dalam sastera. Tidaklah heran, bila kemudian dia banyak mendapatkan penghargaan dan anugerah sastra, baik dalam dan luar negeri karena karya sastra yang dihasilkannya.
Di negaranya sendiri, Muhammad Haji Salleh sudah menerima anugerah tertinggi di bidang sastra yakni berupa Anugerah Sastra Negara, sehingga menempatkan dia kemudian menjadi Sastrawan Negara pada tahun itu. Pelbagai penghargaan dan anugerah itu menunjukan bahwa dia sudah begitu banyak memberikan kontribusi di bidang sastra, baik itu karya sastra, kritik sastra, dan penelitian sastra.
Ceramah sastra yang mengusung topik Sastra Melayu Klasik dan Modern itu diharapkan nantinya akan terbangun sebuah dialog kebudayaan tentang sastra dan kemelayuan itu sendiri. Dalam konteks kemelayuan, bila dicermati bahwa Sastra Indonesia dan Sastra Malaysia misalnya, tidak terlepas dari muara yang sama dan dari sebuah tradisi yang sama, yakni Melayu. Demikian pula bahasa kebangsaan, baik Indonesia maupun Malaysia bersumber pada bahasa Melayu.
Bagaimana kemudian perkembangan berikutnya Sastra dari ranah Melayu klasik dan modern khususnya dalam kasus Indonesia dan Malaysia? Itu nantinya paling tidak akan dibahas oleh Muhammad Haji Salleh dalam seminar tersebut. Tak bisa dihindari bahwa perjalanan sastra Melayu, terutama Indonesia dan Malaysia memiliki sejarahnya sendiri. Kalaupun kemudian perjalanan Sastra Malaysia boleh dibilang berhubung pada Sastra Indonesia, maka itu sesuatu yang wajar-wajar saja.
Di satu sisi bahwa kesusasteraan Malaysia modern pada awal pertumbuhannya itu, tidak sepenuhnya melepaskan diri dari tradisi kesusasteraan lama. Secara historis, kata Sastawan Negara ini beberapa waktu lalu di Kuala Lumpur, keberadaan dan perkembangan sastra Melayu (Malaysia) modern itu ditandai oleh karya-karya lima sastrawan dari masa kolonial. Menurutnya, bahwa sastra modern di bumi Melayu (Melaka dan Sumatera) tak hanya ditandai oleh karya Abdullah Munsyi sebagaimana banyak orang memahaminya.

1 komentar:

Blog Acep Zamzam Noor mengatakan...

Salam Sastra, kumpulan puisi, artikel sastra, artikel budaya, artikel sosial, dan lukisan acep zamzam noor dapat di update di Blog http://acepzamzamnoor.blogspot.com