31 Agustus 2009

Tak Diam Lagi, Suara Kami Kembali

/Mutiah Ayu Rasta/

ah kami cuma bisa diam seperti dinding kamar kami yang menyaksikan debur ombak meraung lalu pecah bersama diam kami. Bertahun-tahun diam menua sendiri, bukan karena kami: tapi karena diam kami yang berbongkah-bongkah bertapa di mulut kami.


setelah diam berjumpa pada waktu yang lama, asin yang bermuara di lautnya yang panjang telah kembali kepada mulut kami yang kemudian memberi kami potongan-potongan kata yang akhirnya memberi suara pada diam kami.

lalu kami pungut lagi setelah kata-kata meluncur dari mulut kami, dari diam kami, supaya jangan habis asin yang telah kembali, yang setelah pulangnya dari laut yang panjang, bergelut dengan ombak; bergelut dengan badan-badan ikan, lalu akhirnya pecah di mulut kami.

suara kami telah kembali, setelah menahan senyap-sepi pada malam-malam ganjil dan bersama dinginnya yang gigil, pun anginnya yang telah sampai di menara paling tinggi, menggiring asin kami, tertuju pada mulut kami. Kami tak lagi diam seperti dinding kamar. Kami punya suara, dan suara kami pada akhirnya meraungkan sepi supaya pecah. Sesudahnya kami tak diam lagi.



2009

Tidak ada komentar: