Air dan Kolaborasi
Dalam bulan Juni 2009 ini, gedung pertunjukan Graha Budaya, Taman Budaya Jakabaring bakal diwarnai dua pertunjukan dari luar Sumatera Selatan, yakni CCL (Celah-Celah Langit) dari Bandung, dan STI (Studio Teater Indonesia) dari Banten.
Diawali dengan pertunjukan dari CCL Bandung, pada Rabu (24/06) mendatang akan menyajikan naskah Air dengan sutradara Iman Soleh. Naskah ini ditulis bersama dengan persepsi yang awalnya disamakan, yakni mengenai alam. Segenap perasaan dan pikiran, yang pada gilirannya terbangun dialektika. Kecemasan, kegelisahan, keinginan untuk bicara kemudian berakumulasi menjadi teks AIR.
Pertunjukan Air yang melibatkan lebih kurang 20 orang personel pemain dan pendukung yang terdiri dari Nelly, Hanny, Neni, El Gasssani, Gusjur Mahesa, Ape, Harry Pangabdian Maulana Yusuf, Ferry Sandi, Dedi Warsana, Adji Sangiadji, Ipung, Edi Sound, Imam Suryantoko, eki, Bambang Tanu, abu dzal algifari dan Gusjur Mahesa (asstrada), Candra Wardani (koreografi), Iep Kendang, Tato, Isep (musik), Yadi Mulyadi, Bayu (multimedia), Dea, Tisna Sanjaya (artistik), dan Alwin (penata cahaya), akan dikemas menjadi sebuah kolabarorasi.
Itu sebabnya kata Iman Soleh, bahwa pertunjukan CCL berawal dari riset beberapa seniman pada masalah lingkungan yang ditafsirkan dalam randai seni (teks naskah, akting, tari, seni rupa, multy media dan musik). Iman Soleh berpandangan bahwa di antara seniman atau siapa pun demikian kontekstual dengan persoalan-persoalan lingkungan. Kesenian misalnya, terutama tradisi, selalu berangkat dari lingkungan, persoalan alam, baik sebagai rasa sukur, selamatan, atau minimal sebuah kepedulian.
”Kearifan itu kami yakini pula, dan kami kolaborasikan dengan beberapa seniman, ada tari, aktor teater, pemusik, seni rupa, yang konsern dalam persoalan lingkungan, ” kata Iman Soleh.
Iman Soleh dan Lingkungan Hidup
Beberapa pertunjukan yang pernah dilakukannya sebagian besar memiliki nuansa lingkungan hidup. Persoalan ozon, air, pohon, sungai, dan sebagainya merupakan perhatian Iman Soleh secara serius. Sebagai seniman dia, dan juga kakaknya Tisna Sanjaya—seorang perupa—juga dikenal sebagai seorang aktivis lingkungan hidup. Iman dan Tisna sejak tahun 1990-an memang sudah konsern dalam gerakan lingkungan hidup.
Iman Soleh yang dilahirkan di Bandung tahun 1966 ini, sekarang tinggal dikomunitas kesenian CCL di Gang. Bpk. Eni No.8/ 169A Ledeng Bandung. Sejak tahun 1984 menekuni teater di berbagai kelompok baik di Bandung maupun di Jakarta. Studiklub Teater Bandung, Payung Hitam, Teater Kecil Arifin C Noer. Pernah berkeliling ke beberapa grup teater di Hokaido, Hiroshima, Kyoto dan Tokyo Jepang sejak tahun 1997 sampai 1998. Iman pernah juga di sutradarai oleh Takeshi Oshima di Jepang dalam sebuah kolaborasi dengan teater Philipina
Setelah itu dia bergabung dengan teater Talipot Perancis pada tahun 2000 sebagai asisten sutradara dan tinggal di Reunion Island Perancis, sebuah pulau kecil dekat Madagaskar untuk produksi L Porter d’au yang di pentaskan lebih dari sepuluh negara baik di Asia dan Eropa. Tahun 2002 dia mengikuti festival monolog Les Meteores di Hipodrome Perancis serta mengikuti berbagai workshop “Suara danTubuh” di Douai Perancis.
Semenjak terjun ke dunia teater Iman Soleh sudah bermain lebih dari 50 naskah teater. Terakhir dia di undang pementasan Air di forum World Performing Art di Lahore Pakistan tahun 2006 dan mengadakan pementasan keliling dengan Sidetrack teater di Darwin dan Sidney tahun 2007.
Sebagai sutradara Iman Soleh pernah mementaskan beberapa naskah drama seperti, Genderang di Malam Hari (1986), Pinangan (1987), Bui (1988), Jam Dinding yang Berdetak (1989), Penggali Intan (1995), Bila Malam Bertambah Malam (1996) Kidung Malam Tahun Baru (1996), Rumah yang Dikuburkan (1996), Waters Carrier (2001) Kala de la Feu ( 2001), Teroris (2002), Hukuman Mati (2003), Bedol Desa (2003), Ozone (2004), Kawin ya Kawin (2005), Air (2006), Tanggled Garden (2007) Passsage (2007), Art (2008), dan For the Good of the Games, (2008).
Komunitas CCL yang didirikannya itu merupakan ruang publik yang terletak di kawasan padat penduduk dengan mayoritas penghuninya adalah kaum urban. Tempat itu sangat strategis, di samping letaknya dekat dengan jalan protokol dan terminal Ledeng, juga satu area dengan beberapa perguruan tinggi di Bandung utara. Arena budaya itu telah berlangsung sejak tahun 1985, namun bernamakan komunitas CCL ( Celah Celah Langit) pada tanggal 22 mei 1998, di atas tanah 820 M2 dengan luas panggung 7 M X 12 M, menyerupai amphitheater, di kelilingi kamar - kamar kontrakan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, dengan kapasitas penonton 400 orang. Keunikan Komunitas CCL tersebut tampak egaliter, terbuka, yang dikelola oleh penduduk dan mahasiswa berbagai disiplin ilmu, dengan terlebih dahulu menyusuri gang sempit, menyerupai kebun yang rimbun, ada kandang ayam, bibit tanaman, dan lebih sebagai tempat anak-anak kampung bermain di sana. B
Bagi Komunitas CCL, kesenian tidak melulu sebagai eksplorasi estetik, namun dapat didekati sebagai pertukaran sosial (social exchange), silang budaya (cross culture) dengan mengutamakan penghargaan terhadap perbedaan sikap. Atas dasar pemikiran tersebut, Komunitas CCL berusaha melibatkan berbagai elemen masyarakat yang heterogen untuk lebur dalam setiap proses eksplorasi kesenian, sehingga kesenian tumbuh bersama masyarakat, dalam kesetaraan dan kemajemukan, baik pandangan, ideologi maupun kepercayaan. CCL berupaya menangkap perubahan (agent of change), memperluas sudut pandang masyarakat pada dunia (world view) dari berbagi faktor internal (indogenius) dan faktor eksternal (exogenius), mengupayakan berbagai nilai hadir, baik dalam negeri maupun luar negeri, di dalam pengucapan tradisional maupun kontemporer, sehinga mendorong masyarakat tumbuh arif pada komunikasi antar budaya, melakukan pengembangan kesadaran heterogenitas dalam dialektika kesenian.
Pertunjukan AIR yang hanya tampil sehari saja, diharapkan nantinya akan memberikan sesuatu hal yang baru dalam upaya “merangsang” kehidupan seni pertunjukan atau perteateran di Sumatera Selatan, khususnya di Palembang. Pertunjukan yang bekerja sama dengan Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS) ini merupakan serangkaian pertunjukan Iman Soleh keliling di tiga kota Sumbagsel, yakni Lampung, Palembang, dan Jambi.
Selain pertunjukan Air, sehari sebelumnya Selasa (23/06) akan diadakan workshop seni peran (keaktoran) yang diperuntukan untuk guru, mahasiswa, dan peminat teater. Workshop tersebut akan menampilkan Gusjur Mahesa dari Bengkel Teater Rendra, Dedi Warsana dari STB—keduanya kini aktif di CCL—dan Iman Soleh yang bertindak sebagai instruktur.
(Anwar Putra Bayu)
(Anwar Putra Bayu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar