RONGGENG
DUKUH PARUK
AHMAD TOHARI
Bagian
Pertama
Sepasang burung bangau melayang meniti
angin berputar-putar tinggi di langit. Tanpa sekali pun mengepak sayap, mereka
mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking seperti keluhan panjang. Air.
Kedua unggas itu telah melayang beratus-ratus kilometer mencari genangan air.
Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempatmereka mencari mangsa; katak,
ikan, udang atau serangga air lainnya.
Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar
sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telahtujuh bulan kerontang. Sepasang burung
bangau itu takkan menemukan genangan air meski hanya selebar telapak kaki.
Sawah berubah menjadi adang kering berwarna kelabu. Segala jenis rumput, mati.
Yang menjadi bercak-bercak hijau di sana-sini adalah kerokot, sajian alam bagi
berbagai jenis belalang dan jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanya
muncul di sawah sewaktu kemarau berjaya.
Di bagian langit lain, seekor burung pipit
sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari
katapel sambil menjerit sejadi-jadinya. Di belakangnya, seekor alap-alap
mengejar dengan kecepatan berlebih. Udara yang ditempuh kedua binatang ini
membuat suara desau. Jerit pipit kecil itu terdengar ketika paruh alap-alap menggigit
kepalanya. Bulu-bulu halus beterbangan. Pembunuhan terjadi di udara yang lengang,
di atas Dukuh Paruk.
Angin tenggara bertiup. Kering. Pucuk-pucuk
pohon di pedukuhan sempit itu bergoyang. Daun kuning serta ranting kering
jatuh. Gemersik rumpun bambu. Berderit baling-baling bambu yang dipasang anak
gembala di tepian Dukuh Paruk. Layang-layang yang terbuat dari daun gadung
meluncur naik. Kicau beranjangan mendaulat kelengangan langit diatas Dukuh
Paruk.
Udara panas berbulan-bulan mengeringkan
berjenis biji-bijian. Buah randu telah menghitam kulitnya, pecah menjadi tiga
juring. Bersama tiupan angin terburai gumpalan-gumpalan kapuk. Setiap gumpal
kapuk mengandung biji masak yang siap tumbuh padatempat ia hinggap di bumi.
Demikian kearifan alam mengatur agar pohon randu baru tidak tumbuh berdekatan
dengan biangnya.
Pohon dadap memilih cara yang hampir sama
bagi penyebaran jenisnya. Biji dadap yangtelah tua menggunakan kulit polongnya
untuk terbang sebagai baling-baling. Bila angin berembus, tampak seperti
ratusan kupu terbang menuruti arah angin meninggalkan pohon dadap. Kalau tidak
terganggu oleh anak-anak Dukuh Paruk, biji dadap itu akan tumbuh ditempat yang
jauh dari induknya. Begitu perintah alam.
Dari tempatnya yang tinggi kedua burung
bangau itu melihat Dukuh Paruk sebagai ebuah gerumbul kecil di tengah padang
yang amat luas. Dengan daerah pemukiman terdekat, Dukuh Paruk hanya dihubungkan
oleh jaringan pematang sawah, hampir dua kilometer panjangnya. Dukuh Paruk,
kecil dan menyendiri. Dukuh Paruk yang menciptakan kehidupannya sendiri.
Dua
puluh tiga rumah berada di pedukuhan itu, dihuni oleh orang-orang seketurunan. Konon,
moyang semua orang Dukuh Paruk adalah Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang
sengaja mencari daerah paling sunyi sebagai tempat menghabiskan riwayat
keberandalannya. Di Dukuh Paruk inilah akhirnya Ki Secamenggala menitipkan darah
dagingnya. (BERSAMBUNG)