Provinsi Jambi mendapat kepercayaan menjadi tuan rumah pelaksana Temu Sastrawan Indonesia Pertama pada 7-11 Juli 2008. Kegiatan itu juga dikaitkan sebagai salah satu program menyongsong Tahun Kunjungan Wisata Indonesia/Visit Indonesia Year (VIY) 2008 dan Visit Jambi Year (VJY 2009).
Ketua Umum Panitia Pelaksana Temu Sastrawan Indonesia, Mualimah Radhiana, seperti dikutip Antara di Jambi, Jumat lalu mengatakan, temu sastrawan Indonesia 2008 merupakan kegiatan yang amat penting bagi para sastrawan dalam rangka mengagendakan Kongres Sastrawan untuk membentuk forum bersama dengan melibatkan ekologi sastra (sastrawan, kritikus, media, dan penerbit) guna mencapai estetik sastra Indonesia. Selain itu, akan dilaksanakan pula workshop penulisan esai/kritik sastra serta panggung apresiasi dan wisata budaya ke situs Candi Muarojambi, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, penerbitan buku antologi, dan pameran/bazar.
Temu Sastrawan Indonesia 2008 di Jambi nantinya akan mengambil tema "Kemandirian, Kebersamaan, dan Keharmonisan". "Tema itu penting agar para sastrawan Indonesia bersama ekologi sastra Indonesia memiliki kekuatan dan mampu memberi solusi mengenai tidak sehatnya ekologi sastra Indonesia saat ini," kata Mualimah yang juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi itu.
Sementara itu, sastrawan Jambi Dr Sudaryono MPd yang juga ketua panitia pelaksana Temu Sastra Indonesia mengatakan, dasar pemikiran pertemuan sastrawan Indonesia di Jambi karena saat ini telah terjadi krisis multidimensi seperti politik dan budaya, termasuk sastra Indonesia. Ekologi sastra Indonesia kini kian memudar, tidak seperti dulu yang banyak menghasilkan karya sastra seperti syair, cerpen, novel, dan skenario cerita film yang berbobot.
Sementara itu, sastrawan Jambi Dr Sudaryono MPd yang juga ketua panitia pelaksana Temu Sastra Indonesia mengatakan, dasar pemikiran pertemuan sastrawan Indonesia di Jambi karena saat ini telah terjadi krisis multidimensi seperti politik dan budaya, termasuk sastra Indonesia.
Kritikan sastrawan terkemuka Indonesia masa dulu, seperti Chairil Anwar dan HB Jassin, kini jarang ditemukan, atau bahkan hanya sebatas cerpen," ujar Sudaryono seraya mengingatkan bahwa pada satu hingga dua dasawarsa silam, HB Jassin dengan kritik sastranya, "Kerakap di Atas Batu, Hidup Enggan Mati Tak Mau", berhasil membuat sastra Indonesia tumbuh harmonis.
Kongres sastra Indonesia di Jambi akan menampilkan 10 sastrawan Indonesia, yaitu Dr Katrin Bandel, Prof Dr Suminto A Sayuti, Todung Mulya Lubis, Prof Dr Abdul Bari AZ SH, Nirwan Dewanto, Pamusuk Eneste, dan Ahmadun Y Herfenda. Kemudian Acep Zam-zam Noor, Ahmad Subhanuddin Alwy, Eddy Utama, Dr Haris Effendi Thaher, Prof Dr Hasanuddin WS, Dr Maizar Karim MHum, Korrie Layun Rampan, dan Prof Dr Sunaryono Basuki. (Ami Herman)
Kongres sastra Indonesia di Jambi akan menampilkan 10 sastrawan Indonesia, yaitu Dr Katrin Bandel, Prof Dr Suminto A Sayuti, Todung Mulya Lubis, Prof Dr Abdul Bari AZ SH, Nirwan Dewanto, Pamusuk Eneste, dan Ahmadun Y Herfenda. Kemudian Acep Zam-zam Noor, Ahmad Subhanuddin Alwy, Eddy Utama, Dr Haris Effendi Thaher, Prof Dr Hasanuddin WS, Dr Maizar Karim MHum, Korrie Layun Rampan, dan Prof Dr Sunaryono Basuki. (Ami Herman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar