26 Juli 2012

Seniman Jambi Tolak "Internasional Jambi Art Festival"


JAMBI, KOMPAS.com--Para seniman Jambi menilai kegiatan "Internasional Jambi Art Festival" (IJAF) yang akan digelar Dewan Kesenian Jambi (DKJ) tidak mewakili aspirasi seniman Jambi pada umumnya.
"Segalanya di mata kita cacat, tidak jelas, baik itu asal muasal dan dari mana munculnya ide IJAF itu, proses persiapannya, anggarannya dan kepanitiaannya," kata aktivis senibudaya Jambi dan pimpinan sanggar Suara Anak Negeri Iqbal Setiawan di Jambi, Selasa.
Selain itu, pesertanya dan yang terpenting visi misi atau tujuan digelarnya kegiatan yang akan dilaksanakan bulan Desember 2012 tersebut tidak jelas.
Ia mengkritisi, kegiatan IJAF tersebut hanya mengedepankan nilai bombastis, sensasi dan narsis yang tak ubahnya jadi kegiatan pencitraan yang dilakukan oleh tokoh dunia politik.
Sementara keberadaan dunia kesenian dan seniman Jambi sama sekali bukan menjadi prioritas DKJ saat ini, karena yang dipentingkan adalah bagaimana menghadirkan para seniman luar negeri.
Hal senada diungkapkan aktivis senibudaya yang juga seorang sutradara teater Jambi Didi Hariadi, yang mengkritisi gagasan pelaksanaan IJAF tersebut tidak jelas asal-usulnya, karena sampai saat ini para seniman Jambi merasa tidak pernah membutuhkan apalagi mengusulkan akan diadakannya kegiatan tersebut.
"Ini bukan ide atau kebutuhan seniman, tapi nafsu para pengurus DKJ yang telah terkontaminasi dunia politik sebagaimana ketua terpilih yang orang parpol," ujarnya.
Kalau disebut ini adalah rangkuman dari usulan komite-komite di DKJ, patut dipertanyakan komite yang mana, sementara komite itu sendiri tidak pernah bertemu apalagi menggelar rapat program.
Tokoh aktivis budaya dan pelaku seni tradisi Mg Alloy mengkritisi, seharusnya saat ini seniman Jambi DKJ menggelar rapat besar dulu untuk menentukan arah langkah DKJ ke depan.
Jangan serba mendadak seperti sekarang, karena DKJ adalah lembaga besar yang seharusnya menjadi tempat penyelesaian segala masalah dan gagasan bersama para seniman Jambi, bukannya para pengurus yang memaksakan kehendaknya sendiri.
Seniman fotografi yang juga mantan ketua DKJ periode sebelumnya, Sakty Alam Watir juga menilai menilai program narsis bombastis yang dilakukan DKJ termasuk rangkaian kegiatan utama di dalamnya yakni Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) VI dan World Poet Gathering sama sekali tidak melibatkan para seniman lokal Jambi sebagai tuan rumah.
"Para sastrawan Jambi justeru hanya jadi objek dan calon penonton dari kegiatan berlabel dunia itu, yang lebih dipentingkan panitia adalah mendatangkan para sastrawan dunia yang akan diekspose besar-besaran, sementara sastrawan Jambi tidak pernah masuk hitungan untuk diangkat karya dan keberadaannya, meski dia telah berkarya seumur hidupnya untuk kesastraan Jambi," kata Sakty.
Budayawan yang juga mantan Kepala Taman Budaya Jambi dan kini anggota Staf Ahli DPRD provinsi Jambi, Jafar Rasuh menyatakan sifat kegiatan kegiatan tersebut lebih mempertontonkan budaya asing ketimbang membuka celah pasar untuk akses ekonomi dari aset-aset produk senibudaya Jambi.
"Saya bahkan tegaskan tidak setuju kalau IJAF hanya untuk mempertontnkan senibudaya asing di Jambi, karena seharusnya konsep kegiatan ini mendatangkan para penonton, tokoh, pengamat, kolektor, galeri, produser dan para sponsor dari luar negeri untuk menonton senibudaya Jambi," katanya.
Selanjutnya mereka mengangkat aset itu, membuka celah pasar bagi Jambi ke dunia luar, ini baru pemberdayaan ekonomi kreatif namanya, tambah Jafar.